KERAJAAN MUGHAL ; 6 PEMIMPIN & KEMAJUANNYA
Oleh : Dudin Samsudin
Seperti
yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya, bahwa di kawasan India sebelum
berdirinya Kerajaan Mughal ini, telah berdiri pemerintahan-pemerintahan Islam
lainnya, seperti Dinasti Ghuriyah, mamalik, Khalji, Tughluq, Sayyid dan Lodi. Dalam proses berdirinya,
dinasti-dinasti tersebut menjadi mata rantai dari hadirnya Kerajaan Mughal di
kawasan tersebut.
Pada masa kerajaan Mughal,
perkembangan agama Islam sangat mengagumkan. Hal ini dikarenakan pada masa
kerajaan ini penyebaran Islam ke seluruh wilayah India banyak terjadi. Tentu
saja, ini merupakan prestari tersendiri yang ditorehkan kerajaan ii di tengah
berbagai kompleksitas suku, ras dan budaya masyarakat India, serta berbagai
benturan keagamaan, terlebih bahwa kawasan Anak Benua India adalah wilayah yang
menjadi tempat lahir, sekaligus basis dari agama Hindu dan Budha.[1]
Mughal, lebih daripada
Safawi, beruntung memiliki serangkaian penguasa berumur panjang dan cemerlang.
Hanya enam orang yang memerintah kerajaan itu sepanjang dua ratus tahun
pertama. Sebagian besar penuh gairah, romantis, dan artistik. Setidaknya tiga
orang adalah genius militer. Salah satunya administrator yang buruk, tetapi
istrinya Nur Jahan memerintah dari balik singgasana, dan dia setara dengan
Mughal terbaik yang penuh semangat—pengusaha wanita yang cerdas, penyair dan
pelindung seni, olahragawan yang luar biasa, dan salah satu politisi yang
paling cerdik di zamannya.[2]
Zahiruddin
Babur dan Berdirinya
Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal berdiri
pada tahun 1526 oleh Zahiruddin Babur, orang yang mendirikan imperium raksasa
ini hidup hampir sezaman dengan Shah Ismail. Babur, artinya “harimau”, dan
dalam beberapa hal, bahkan lebih luar biasa daripada remaja Safawi yang
berbakat itu.
Babur mengaku sebagai
keturunan kedua dari Timur Lenk dan Jenghis Khan. Apa benar ada hubungan darah
? tak ada yang tahu, tapi Babur bersikap serius dengan silsilahnya. Dalam buku
Dr. Ading, nama lengkap Babur ialah Zahir Ad-Din Muhammad Babar ibnu Umar
Syeikh Mirza ibnu Abi Said ibnu Miransyah Ibnu Timur Lenk, sedangkan ibunya
adalah keturunan Jenghis Khan.[3]
Ayahnya memerintah sebuah kerajaan kecil bernama Farghana, tepat di utara Afghanistan
hari ini, dan ketika ia wafat pada 1495, Babur mewarisi takhta ini. Dia berusia
dua belas tahun[4].
Babur memiliki ambisi yang kuat mencari kerajaan baru: menjadi raja adalah
satu-satunya yang ia ketahui, dan raja adalah satu-satunya jabatan yang ia
cari. Makanya Samarkand menjadi tujuan Babur berikutnya. Kota yang sangat vital
perannya di Asia Tengah itu berhasil ditaklukan pada Tahun 1494 M., dengan
bantuan Raja Safawi, Ismail I.[5]
Pada tahun 1498 M, Ferghana
yang merupakan warisan orang tuanya, terlepas dari tangan Babur karena
diperebutkan di antara saudara sepupunya, yaitu Ali dan saudaranya sendiri,
yaitu Jengahir. Babur merupakan remaja yang menyatukan
segerombolan prajurit dewasa selama bertahun-tahun di pengasingan terbuka
tentunya memiliki suatu kekhususan pada dirinya; dan Babur jelas merupakan
jenis yang mengintimidasi secara fisik. Banyak cerita mengatakan ia dapat
melompat menyeberangi sungai sambil menggendong seorang dewasa di setiap lengannya. Namun,
tidak seperti kebanyakan pria tangguh, Babur adalah seorang yang sensitif,
artistik, dan romantis. Dia menulis buku harian sepanjang petualangannya, dan
kelak dalam hidupnya dia menulis otobiografi yang menjadi klasik dalam sastra
Turki. Setelah cucunya menerjemahkannya ke dalam bahasa Persia yang lebih
bergengsi, buku itu mencapai tempat yang tinggi dalam kanon otobiografi. Dalam
bukunya, Babur mengungkapkan dirinya dengan kejujuran yang luar biasa. Setelah
sebuah kekalahan militer yang penting, misalnya, ia menceritakan kepada kita
betapa ia tidak bisa menahan “banyak menangis”. Orang tangguh macam apa yang
mengakui hal seperti itu? Kemudian ia menceritakan tentang perjodohannya dan
kegagalannya untuk membangkitkan antusiasme untuk istrinya, meskipun dia sudah
berupaya sungguh-sungguh. Ia mengunjunginya hanya beberapa minggu sekali,
katanya, dan itu pun hanya karena ibunya mengomel padanya. Lalu ia jatuh cinta “dalam gejolak hasrat dan
nafsu yang menggelora dan di bawah tekanan kebodohan masa muda, aku sering
berjalan tanpa penutup kepala, bertelanjang kaki, melalui jalanan dan
gang-gang, kebun buah dan kebun anggur; aku tidak menunjukkan kesopanan kepada
teman maupun orang tak dikenal, tidak ambil peduli pada diriku sendiri atau
orang lain
…” Demikianlah kaisar masa depan itu memaparkan gairah remaja dirinya yang
rapuh kepada kita—tapi inilah orang yang sudah dua kali menaklukkan dan
kehilangan Samarkand.[6]
Dalam perjalanan
pengembaraannya, Babur dan gerombolannya naik ke atas sebuah bukit dan melihat
sebuah kota menawan terselipkan di celah sebuah lembah di bawahnya. Babur jatuh
cinta lagi, kali ini dengan Kabul. Dan Kabul, katanya kepada kita, membalas
cintanya: warganya membenci penguasa mereka sendiri dan memohon Babur untuk
menjadi raja mereka sebagai gantinya. Apakah ini terdengar seperti propaganda
seorang penakluk yang tidak masuk akal? Mungkin begitu, tapi saya dapat
mengatakan kepada Anda bahwa kecintaan Kabul pada Babur tetap hidup sampai hari
ini. Taman-taman umum yang dibangunnya menghadap kota itu tetap menjadi
favorit, dan makamnya di sana masih menjadi tempat keramat yang dicintai.
Setelah
Babur dinobatkan menjadi raja Kabul pada tahun 1504 M., ia meneruskan
ekspansinya ke India. Tahun 1525 M, Babur mengusasi Punjab dengan ibukota
Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentaranya menuju Delhi. Babur dengan 12.000
pasukannya menyerang Ibrahim Lodi yang berkekuatan 100.000 orang. Sungguh
perbedaan kekuatan yang sangat fantatis. Tetapi dengan bekal tekad yang kuat
dari para pasukan Babur, dan juga senjata api yang mereka punya, maka 100.000
orang beserta seribu gajah pasukan Lodi berhasil ditaklukan.[7]
Sejarah mencatat, 21 April 1526 M – besok tepat 489 th ulang tahun peristiwa
itu-- pertempuran tersebut terjadi di Panipat. Ibrahim Lodi beserta ribuan
tentaranya terbunuh dalam peperangan itu.[8]
Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di
sana. Babur segera naik tahta menggantikan Lodi. Disinilah babak baru Kerajaan
Mughal mulai berdiri.
Pada
masa pemerintahan Babur ini, ada dua persoalan besar yang menjadi tantangan
Kerajaan Mughal. Pertama, bangkitnya kerajaan-kerajaan Hindu
–Narasangga, Chitor, Marpar, Amir, Ajmer, Khandiri—mereka menyusun kekuatan
untuk menghancurkan Mughal. Kedua, masih adanya golongan yang setia
kepafa keluarga Lodi sebagai penguasa Afghanistan. Bahkan Mahmud Lodi, andil besar
dalam persekutuan kerajaan-kerajaan Hindu tersebut.
Pada
tahun 1530, Babur meninggal dunia dengan mewariskan wilayah kekuasaan yang
begitu luas dan karier politik yang sangat cemerlang.[9]
Humayun
( 1530 – 1556 M )
Menurut
Ajid Thohir[10],
Pemerintahan Humayun dibagi kedalam dua periode. Pertama, periode ini
berkisar tahun 1530 – 1539 M. Periode ini banyak diwarnai kerusuhan dan
berbagai pemberontakan. Hal ini dimungkinkan karena usia pemerintahan yang
diwariskan ayahnya ini masih relatif muda dan belum stabil. Salah satu dinasti
dari Afghanistan yang saat itu diperintah Sher Khan Suri menginvasinya pada
tahun 1539 M ke pusat pemerintahan Humayun di Delhi. Pasukan Humayun hancur dan
negara dalam kondisi tak menentu. Saat itu Humayun dapat meloloskan diri ke
Persia dan diterima dengan baik oleh Sultan Safawi, Shah Tahmasph. Disinilah ia
mengenal tradisi Syiah bahkan sering dibujuk untuk memasukinya, termasuk
anaknya Jalaluddin Muhammad Akbar. Di sini pula ia membangun kembali kekuatan
militer yang telah hancur, dan berkat bantuan Shah Tahmasph yang memberinya
pasukan militer sebanyak 12.000 tentara kemudian terkumpul seluruhnya sebanyak
14.000 orang. Humayun mencoba kembali merebut kekuasaannya di Delhi.
Kedua,
pada tahun 1555 M ia menyerbu Delhi yang saat itu
diperintah Sikandar Sur. Akhirnya, ia bisa memasuki kota ini dan ia bisa
memerintah kembali sampai tahun 1556 M.
Tak
lama setelah itu, Humayun mendengar seruan azan tatkala sedang berdiri di
puncak tangga ke perpustakaannya dan tiba-tiba mendapat inspirasi untuk
mereformasi hidupnya. Dia bergegas ke bawah, tetapi pada saat turun dia
tersandung dan lehernya patah, menyebabkan anak ia meninggal.
Akbar
( 1556-1605 M)
Nama
lengkapnya Muhammad Jalaludin Akbar[11]
. ia adalah sultan yang sangat terkenal dari dinasti Mughal, dan ialah
sebenarnya yang menciptakan sistem kerajaan ini. Pada masa inilah kerajaan
Mughal mencapai masa keemasannya.[12]
Akbar menerima tampuk kepemimpinan Mughal saat berusia 14 tahun. Karena masih
muda, urusan kerajaan diserahkan kepada Bhairam Khan, seorang Syi’i.
Sultan
Akbar terkenal dengan gagasan-gagasannya yang sangat radikal dan liberal baik
dalam aspek sosial ataupun pemikiran keagamaan. Akbar mengonsolidasi wilayah
taklukan kakeknya, memperluasnya, dan mengatur ketertiban di seluruh
kerajaannya. Chundar, Ghond, Chitor,
Rantabar, Surat, Behar, Bengal, Kashmir, Orissa, Dekan, Gawilghard, Narhala,
Alamghar dan Asighar ialah diantara wilayah-wilayah yang berhasil dikuasai
Akbar.[13]
Wilayah tersebut diperintah Akbar dalam suatu pemerintahan militeristik.[14]
Dalam pemerintahan ini. Sultan merupakan seorang penguasa diktator.
Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang sipah salar (kepala Komandan),
sedangkan subdistrik dipegang oleh faujdar (komandan). Jabatan-jabatan
sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran karena memang
diharuskan mengikuti latihan militer.[15]
Kebijakan
berikutnya, pada awal-awal pemerintahannya Akbar menyingkirkan Bairan Syah,
penasihat politik Syah yang dipercayai Humayyun. Bairam dianggap sudah
mempunyai pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran
Syi’ah.[16]
Selain
itu, Akbar menerapkan politik Suulkhul
(toleransi universal). Politik ini memandang bahwa semua rakyat
India adalah sama. Tidak ada perbedaan etnis dan agama.[17]
Diantara reformasi Suulkhul itu ialah[18]
:
- Menghapuskan Jizyah bagi non-Muslim,
- Memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran yang sama bagi setiap masyarakat , yakni dengan mendirikan madrasah-madrasah dan memberi tanah-tanah wakaf bagi lembaga-lembaga sufi berupa iqtha atau maddad ma’asyi.
- Membentuk undang-undang perkawinan baru, diantaranya melarang orang-orang kawin muda, berpoligami bahkan ia menggalakkan kawin campur antaragama. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, stabilitas dan integrasi masyarakat Muslim dan non-Muslim.
- Menghapuskan pajak-pajak pertanian terutama bagi petani-petani miskin sekalipun non-Muslim,
- Menghapuskan tradisi perbudakan yang dihasilkan dari tawanan perang dan mengatur khitan anak-anak.
Aspek
penting lainnya dari pembaruannya adalah menciptakan Din Ilahy yang
ciri-ciri pentingnya adalah :
- Percaya pada keesaan Tuhan
- Akbar sebagai khalifah Tuhan dan seorang padash (al-insan al-kamil); ia mewakili Tuhan di muka bumi dan selalu mendapat bimbingan langsung dari Tuhan,
- Semua pemimpin agama harus tunduk dan sujud pada Akbar,
- Sebagai manusia padash, ia berpantangan memakan daging (vegetarian)
- Menghormati api dan matahari sebagai simbol kehidupan,
- Hari ahad sebagai hari resmi ibadah,
- ‘assalaamu’alaikum’ diganti ‘Alloohu Akbar’ , dan ‘Alaikum salam’ diganti ‘Jalla jalalah’[19]
Berbeda
dengan Ajid Thahir, Tamim Ansari menyebutkan bahwa Doktrin agama baru ini
meliputi[20] :
- bahwa Allah itu suatu kesatuan mahakuasa;
- bahwa alam semesta adalah satu keseluruhan utuh yang mencerminkan penciptanya;
- bahwa kewajiban agama setiap orang pertama-tama adalah tidak menyakiti orang lain; dan
- bahwa orang dapat dan harus memodelkan diri mereka sendiri pada Kehidupan Sempurna, yang contohnya banyak tersedia
Diantara
faktor-faktor yang mendorong Sultan Akbar menciptakan ‘Din Illahy ‘
adalah :[21]
- Para ulama dan pemimpin agama saling berbeda pendapat mengenai masalah-masalah keagamaan. Mereka saling mengecam dan berpecah-pecah,
- Keadaan rakyat dan penganut agama-agama di India semakin fanatik karena pengaruh tokoh-tokoh agama, bahkan rakyat tidak sedikit saling bertikai,
- Pengaruh penasihat-penasihat agama dan politik Sultan Akbar, di antaranya Abu Fadhl, Mir Abdul Lathif (Persia) dan Syaikh Mubaraq yang membiarkan bahkan tidak jarang mendorong Akbar berpikir bebas dan radikal.
Dengan semangat menyala
untuk agama barunya, Akbar membangun sebuah kota baru yang didedikasikan untuk
itu. Dibangun dari batu pasir merah, Fatehpur Sikri bangkit di padang pasir di
sekitar makam dan kuil mistik sufi favorit Akbar. Bangunan utama di sini adalah
balairung tertutup, satu ruangan besar yang memiliki langit-langit kubah yang
tinggi dan hanya satu elemen perabotan: pilar tinggi dihubungkan oleh titian ke
balkon di sepanjang dinding. Akbar duduk di atas pilar ini. Orang-orang yang
ingin mengajukan petisi kepada kaisar memanggilnya dari balkon. Penggawa istana
dan pihak-pihak lain yang tertarik mendengarkan dari lantai bawah.
Kebijakan-kebijakan
Akbar umumnya lebih mementingkan persatuan politik, sekalipun banyak
mengorbankan nilai-nilai syariah Islam. Sultan Akbar ingin menembus batas-batas
terdalam tradisi Hinduistik dan agama-agama lain di India. Ia meninggal pada
tahun 1605 M, setelah menderita sakit yang cukup parah.
Jahangir
(1605-1628 M)
Setelah
Sultan Akbar meninggal, Salim kemudian naik untuk menggantikannya sebagai
sultan dengan gelar Nur Ad-Din Muhammad Jahangir Pasha Gazi. Pada masa ini
pemerintahan sudah stabil. Hanya karakteristik yang ditunjukan Jahangir sangat
berbeda dengan Sultan Akbar. Salah satu karakteristik dari Sultan Jahangir
selama memerintah adalah hanya mementingkan kehidupan yang bersifat konsumtif
dan hedonistik.
Persoalan
pertama yang harus dihadapi oleh Jahangir setelah dinobatkan sebagai Sultan
Mughal adalah menghadapi pemberontakan anaknya sendiri, yang bernama Khusru,
akibat ketidakpuasannya terhadap kebiasaan dan sikap bapaknya yang banyak
dipengaruhi ibu tirinya, Nur Jahan. Khusru sendiri adalah seorang putra raja
yang berbudi , bijaksana dan dicintai rakyatnya. Putra mahkota ini selama 16
tahun berada dibawah pengawasan pengawal-pengawal keraton yang semuanya
berusaha untuk membinasakannya. Terlebih karena ibu tirinya, yaitu Nur Jahan,
mempunyai seorang anak kandung yang dikehendakinya dapat menjadi putra mahkota.
Pemberontakan
Khusru dapat dipadamkan. Pada tahun 1622 M, ia meninggal dunia. Dengan
meninggalny Khusru keinginan Nur Jahan untuk menjadikan anaknya, Khuram ‘Shah
Jahan’ sebagai putra mahkota terlaksana.[22]
Persoalan
kedua yang diahapi Jehangir adalah pecahnya perang antara Jahangir dengan
penguasa Iran dalam usaha memperebutkan kota Kandahar. Dalam menghadapi
persoalan ini, Jahangir memerintahkan Shah Jahan untuk memimpin tentara
Kerajaan Mughal. Namun karena merasa tidak mampu melaksanakannya, ia memberontak
terhadap bapaknya,. Jahangir marah dan menjatuhi hukuman yang mendorong Shah
Jahan melarikan diri dan meminta suaka politik kepada Mahabat Khan[23].
Mahabat Khan berhasil menangkap Jahangir dalam perjalanan untuk menyerang Iran.
Shah
Jahan (1628-1658 M)
Jahangir
meninggal pada tahun 1627 M, ia meninggalkan dua orang putra, yaitu Shah Jahan
dan Shahriar. Keduanya saling bersaing untuk memperebutkan kekuasaan di Agra.
Tapi pada ahun 1628 M, ia naik takhta dengan gelar Abdul Muzaffar Shahabudin
Muhammad Shah Jahan Ghazi.
Sejak
tahun pertama dari pemerintahnnya, Shah Jahan harus menghadapi lawan-lawannya.
Mula-mula ia harus mengahadapi Khan Jahan Lodi, Sultan Afghanistan dan Raja
Rajput. Sementara itu, di India Tengah terdapat beberaa Kerajaan Hindu yang
juga mengadakan persekutuan sehingga menjadi sebuah kerajaan besar dengan nama
Vijayanagar. Shah Jahan pun harus mengahadapi beberapa kerajaan Islam yang
mersa tidak senang dengan kerajaan Mughal, yaitu Ahmadnagar, Bijapur, Serar,
Bihar, dan Golkonda. Namun akhirnya Ahmad Nagar dan Bijapur dapat
ditaklukannya..
Kreativitas Mughal mencapai
puncaknya dalam arsitektur, yang berhasil menggabungkan keagungan gaya Utsmani
yang solid dengan gaya Safawi yang ringan. Raja Mughal kelima Shah Jahan
sendiri adalah seorang genius di bidang ini. Pada masanya, dia disebut Raja
Adil, tapi tak banyak orang hari ini yang mengingat prestasi politik atau
militernya: yang mereka ingat tentang dia adalah cintanya yang besar untuk
istrinya. Mumtaz Mahal, “hiasan istana”, yang meninggal tak lama setelah
Shah Jahan memulai pemerintahannya. Kaisar yang berduka itu mengabdikan dua
puluh tahun untuk membangun makam bagi istrinya: Taj Mahal. Sering disebut
bangunan terindah di dunia, Taj Mahal adalah sebuah adikarya tunggal dan
universal dengan kemasyhuran setara Mona Lisa dari Da Vin-ci atau Kapel Sistine
dari Michelangelo. Yang mengejutkan, seniman yang bertanggung jawab atas tour
de foree ini punya pekerjaan harian menjalankan kerajaan, karena meskipun
banyak arsitek dan perancang yang berkontribusi bagi Taj Mahal, kaisar
sendirilah yang mengawasi setiap rincian konstruksinya: dialah mata utamanya.[24]
Secara
umum, pada periode Shah Jahan -masa-masa akhir pemerintahannya- ada dua
kebijakan secara keseluruhan yang dimainkan oleh kedua orang putranya,
Darsyikuh dan Aurangzeb. Darsyikuh[25]
lebih berpikiran universal, yakni lebih banyak menggunakan hukum-hukum Hindu.
Bila dalam al-quran tidak ditemukan dibandingkan hasil-hasil ijtihad ulama pada
masa itu. Sedangkan Aurangzeb lebih menekankan tradisi keIslaman (nilai-nilai
Syariah tradisional). Dan pada akhirnya Darsyikuh dibunuh oleh Aurangzeb.
Sedangkan Shah Jahan dipenjarakan.[26]
Aurangzeb
(1658-1707 M)
Setelah
saudara-saudaranya yang menentang haknya untuk mewarisi tahta kerajaan tewas,
Aurangzeb dinobatkan sebagai raja Kerajaan Mughal keenam dengan gelar Aurangzeb Alamghir, yang berarti ‘yang
menaklukan dunia’.
Sepanjang
masa pemerintahnnya, Aurangzeb banyak mencapai keberhasilan seperti para
pendahulunya; baik aspek ekonomi, sosial, politik dan agama. Dibandingkan
Sultan Akbar yang menguasai wilayah mencapai 15 daerah, Aurangzeb bisa mencapai
21 daerah baru ; 14 daerah di India Utara dan enam di daerah Dekkan dan satu
buah di Afganistan.[27]
Ia
menerapkan nilai-niali syariah yang ketat
pada pemerintahannya yang pada periode-periode sebelumnya kurang begitu
diperhatikan, bahkan diabaikan sama sekali. Semangat politik Islamnya didasrkan
pada Alquran dan Sunnah serta dukungan para ulama sangat kuat, tetapi di lain
pihak membuat kecemburuan. Kaum muslimin menganggap ia sebagai waliullah karen
apembelaannya pada nilai-nilai syari’ah. Sebailknya, orang-orang Hindu fanatik
menganggap ia sebagai pemimpin yang zalim walaupun masih banyak pula kelompok
non-Muslim yang memberi dukungan karena keadilannya.[28]
.Mengembalikan Islam
ortodoks ke posisi istimewa di kekaisaran Mughal adalah obsesi Aurangzeb. Dia
adalah seorang genius militer yang kehebatannya setara dengan kakek buyutnya,
Akbar. Dan seperti Akbar, dia memerintah selama 49 tahun, sehingga ia punya waktu
dan tenaga untuk melakukan perubahan mendalam di anak benua. Perubahan yang diinginkan
dan dibentuknya persis kebalikan dari apa yang dipromosikan oleh kakek buyutnya
Akbar Agung. Dia memberlakukan kembali jizyah. Dia menerapkan kembali pajak
khusus untuk orang Hindu. Dia menyuruh pasukan keamanannya untuk menghancurkan
semua kuil Hindu. Dia mencopot orang Hindu dari posisi pemerintahan dan
berperang dengan Rajput, penguasa Hindu semi-otonom selatan, agar dapat
mengendalikan mereka lebih kuat di bawah kekuasaan pemerintah Mughal dan
rohaniwan muslim yang mapan, para ulama India.[29]
Diantara
berbagai kebijakan, ada yang melatarbelakangi bagi munculnya konflik, terutama
diakhir-akhir pemerintahannya, yakni sebagai berikut:
- Kebijakan yang begitu keras terhadap orang-orang Hindu, bahkan dilarang mendirikan kuil-kuil baru. Tindakannya menghancurkan kuil-kuil di Benares, Gujarat, dan Orissa karena laasannya sebagai sarang politik orang-orang Hindu telah menimbulkan kebangkitan dan kemarahan pengikut Hindu Rajput, Satnamis dan Jast untuk memberontak.
- Penaklukan wilayah Dekkan telah meninmbulkan dendam bagi orang-orang Syiah di sana sehingga gerakan yang dilakukan oleh mereka telah menyulitkan kerajaan Mughal untuk menentramkannya.
- Aurangzeb tidak mempersiapkan penggantinya untuk meneruskan kesultanan Mughal karena ia kesulitan memilih putra-putra mahkotanya. Hal ini disebabkan ia mengikuti jejak orang tuanya yang tidak pernah menunjuknya untuk untuk memerintah.
- Membuka jalur perdagangan yang bebas termasuk dengan Inggris untuk memasuki wilayah India, di perairan Hungli dan Surat. Hal ini merupakan akar yang paling berbahaya terutama ketika memasuki kesultanan berikutnya yang lemah sedangkan Inggris sulit untuk dipatahkan.[30]
Aurangzeb
pada masa itu usianya sudah tua dan tidak sanggup lagi menjalankan pimpinan
pemerintahan. Kesehatannya sudah menurun. Pada tahun 1707 M, ia wafat.[31]
Kemajuan
kerajaan Mughal
Sejak
Babur berhasil menegakkan kekuasaan Mughal di India, banyak perkembangan baru
yan g dicapai. Perkembangan tersebut mencaapai puncaknya pada masa pemerintahan
Akbar dan Aurangzeb.
Perluasan
wilayah
Diantara
daerah yang dapat dikuasai oleh kerajaan Mughal ialah, Turkishtan, Teluk
Benggala, Kabul, Lahore, Multan, Delhi, Agra, Qud, Alahabad, Ajmeer, Gujarat,
Melwa, Bihar, Bengal, Khandesh, Serar, Ahmad Nagar, Kushra, Kashmir, Punjab,
Bajipur, Golkhonda, Tanjoree, Trishinopli, dll[32]
Diantara
penyebab keberhasilan kerajaan Mughal dalam perluasan wilayah adalah:
- tentara mughal pada umumnya memiliki semangat dan keberanian tinggi
- tentara mughal memiliki kemahiran militer yang lebih baik
- memiliki teknologi persenjatan lebih maju dan lawannya
- bagi lawan-lawan kerajaan mughal, kekalahannya disebabkan tidak adanya dukungan dari masyarakat Hindu
Pemerintahan
bentuk
pemerintahan kerajaan mughal di India adalah monarki absolute, yang tidak
mengenal hukum tertulis. Kehendak Raja lah yang merupakan keputusan hukum tertinggi.
Sedangkan sisitem pemerintahan Mughal menganut sistem pemerintahan Abbasyiah
yang disesuaikan dengan kondisi India. Raja adalah kepala agama sekaligus
kepala negara. Kerajaan Mughal sangat memperhatikan masalah administrasi dan
keuangan. Sehingga pemasukan uang negara terkontrol dan dapat dipergunakan
untuk pembangunan jalan-jalan, rumahsakit, wc umum, jembatan, saluran irigasi
serta kantor pos.
Pendidikan,
ilmu dan kesusatraan
Pendidikan
mendapat perhatian yang sangat besar dari Sultan. Kerajaan Mughal sangat
mendorong pendidikan rakyatnya. Raja sering menghadiahkan tanah dan uang pada
masjid-masjid, takiah-takiah kepada para wali dan ulam, serta menetapkan
bahwa setiap metiap majid harus memiliki sekolah rendah.
Pada
masa Jahangir, dibuat peraturan-peraturan yang menyatakan apabila seorang kaya
atau musafir meninggal dunia dan tidak memiliki ahli waris, hartanya jatuh ke
tangan raja digunakan untuk mendirikan sekolah baru dan memperbaiki
sekolah-sekolah yang rusak.
Pada
masa pemerintahan Shah Jahan, didirikan perguruan tinggi di Delhi. Pada masa
Aurangzeb semakin banyak perguruan tinggi dan sekolah-sekolah yang
didirikannya, disamping pusat pengajaran yang didirikan di Lucknow.
Kesusastraan
dan syair-syair sangat diperhatikan dan didukung perkembangannya oleh Sultan
Mughal. Babur dan Jahangir termasuk sastrawan-sastrawan yang baik..
Seni
Arsitektur
Bangsa
Turki umumnya dan orang-orang Mughal di India khususnya, menyukai seni arsitektur
yang tinggi. Kerajaan Mughal meninggalkan bangungan-bangunan yang sarat dengan
seni arsitektur indah, diantaranya Mesjid Jami di Shambal dan mesjid besar di
Kabul. Pengaruh Hindu sangat tampak pada bangunan Jahangir di Agra, sedangkan
pengaruh Persia pada bangunan makam Humayun yang selesai dibangun pada tahun
1565 M. Bangunan di Fatehpur Sikri yang paling mengesankan adalah Jami-i
masjid dab Buland Barwaza. Selain itu ada benteng Sagra yang
didalamnya terdapat Dewan i-Am dan Dewan i-Khas.
Dari
zaman Jahangir adalah makam yang dibangun oleh Nur Jahan untuk memperingati
ayahnya, yaitu I’timad Daulah. Seluruhnya terbuat ari marmer.
Dari
zaman Shah Jahan, bangunan-bangunan terpenting adalah Taj mahal serta
sejumlah bangunan kecil.
Ulasan
akhir.
Perkembangan
Islam di kerajaan Mughal sangat mengagumkan. Walaupun dibumbui dengan banyaknya
masalah-masalah keluarga, agama Islam, ataupun agama lain di India waktu itu,
tetapi Kerajaan Mughal dapat berkembang dalam waktu yang sangat lama, serta mengahsilkan
peninggalan-peninggalan yang sarat dengan seni arsitektur yang tinggi.
[1] Ading Kusdiana, Sejarah dan
Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, Bandung : Pustaka Setia, hlm. 228.
[2] Tamim Ansary, Destiny Disrupted : A History of the
World through Islamic Eyes, terj.
Yuliani Liputo, Jakarta : Zaman, hlm. 314
[3] Ading Kusdiana, ibid. , hlm.
229.
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban
Islam, Jakarta : Rajawali Pers bekerja sama dengan Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan, 1997, hlm. 147
[8] P.M. Holt, Ann K.S. Lambton dan
Bernard Lewiss (Ed.), The Cambridge History of Islam, Vol 2, London
Cambridge University Press, 1970, dalam Ading Kusdiana, hlm. 231
[12] Badri Yatim, loc.cit. hlmj. 148
[13] Tamim Ansari, loc.cit. hlm. 315
[14] M. Mujib, The Indian Muslim, London :
George Allen, hlm. 254, lihat Ading Kusdiana, Sejarah dan Kebudayaan Islam
Periode Pertengahan, Bandung : Pusataka Setia, hlm. 234
[15] Badri Yatim, loc.cit. hlm., 149
[16] Badri Yatim, loc.cit. hlm. 149
[17] Badri Yatim, loc.cit. hlm. 149.
[18] Ajid Thahir, loc.cit. hlm. 206
[19] Jahid Haji Sidek, Strategi Menjawab Sejarah
Islam, Kuala Lumpur: Nuirin Interprise, hlm. 234-235, dalam Ajid Thahir, Perkembangan
peradaban di kawasan dunia Islam, Jakarta : Rajagrapindo Pers, hlm. 206
[20] Tamim Ansary, loc.cit, hlm. 316
[21] Ajid Thahir, loc.cit, hlm. 207
[22] Ading Kusdiana, loc.cit. hlm. 237
[23] Mahabat Khan merupakan bekas pembesar Jahangir
yang dipecat karena permintaan permaisuri Nur Jahan.
[24] Tamim Ansary, loc.cit. hlm. 318
[25] Dalam buku Dr. Ading disebutkan Dara Shikoh
[26] Ajid Thahir, loc.cit, hlm. 210
[27] Ajid Thahir, loc.cit. hlm. 210
[28] Ajid Thahir, loc.cit. hlm. 211
[29] Tamim Ansary, loc.cit. hlm. 319-320
[30] Ajid Thahir , loc.cit. hlm. 211-212
[31] Menurut wasiatnya, ia tidak mau dimakamkan seperti
leluhurnya dengan upacara kebesaran, tetapi ia ingin dikuburkan seperti seorang
musafir yang hina dina di Kota Daylatabad. Ia meminta 4 rupe untuk membeli kain
kafan dan 100 rupe yang diterimanya waktu menyalin al-Wuran, supaya dibagikan
kepada fakir miskin. Baca Ading
Kusdiana, loc.cit. hlm. 240.
[32] Ading Kusdiana. Loc.cit. hhlm 241
0 komentar
Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^