Selasa , 29 April 2025

KERAJAAN MUGHAL ; 6 PEMIMPIN & KEMAJUANNYA

KERAJAAN MUGHAL ; 6 PEMIMPIN & KEMAJUANNYA
Oleh : Dudin Samsudin


Seperti yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya, bahwa di kawasan India sebelum berdirinya Kerajaan Mughal ini, telah berdiri pemerintahan-pemerintahan Islam lainnya, seperti Dinasti Ghuriyah, mamalik, Khalji, Tughluq, Sayyid dan Lodi. Dalam proses berdirinya, dinasti-dinasti tersebut menjadi mata rantai dari hadirnya Kerajaan Mughal di kawasan tersebut.
Pada masa kerajaan Mughal, perkembangan agama Islam sangat mengagumkan. Hal ini dikarenakan pada masa kerajaan ini penyebaran Islam ke seluruh wilayah India banyak terjadi. Tentu saja, ini merupakan prestari tersendiri yang ditorehkan kerajaan ii di tengah berbagai kompleksitas suku, ras dan budaya masyarakat India, serta berbagai benturan keagamaan, terlebih bahwa kawasan Anak Benua India adalah wilayah yang menjadi tempat lahir, sekaligus basis dari agama Hindu dan Budha.[1]
Mughal, lebih daripada Safawi, beruntung memiliki serangkaian penguasa berumur panjang dan cemerlang. Hanya enam orang yang memerintah kerajaan itu sepanjang dua ratus tahun pertama. Sebagian besar penuh gairah, romantis, dan artistik. Setidaknya tiga orang adalah genius militer. Salah satunya administrator yang buruk, tetapi istrinya Nur Jahan memerintah dari balik singgasana, dan dia setara dengan Mughal terbaik yang penuh semangat—pengusaha wanita yang cerdas, penyair dan pelindung seni, olahragawan yang luar biasa, dan salah satu politisi yang paling cerdik di zamannya.[2]

Zahiruddin Babur dan Berdirinya Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal berdiri pada tahun 1526 oleh Zahiruddin Babur, orang yang mendirikan imperium raksasa ini hidup hampir sezaman dengan Shah Ismail. Babur, artinya “harimau”, dan dalam beberapa hal, bahkan lebih luar biasa daripada remaja Safawi yang berbakat itu.
Babur mengaku sebagai keturunan kedua dari Timur Lenk dan Jenghis Khan. Apa benar ada hubungan darah ? tak ada yang tahu, tapi Babur bersikap serius dengan silsilahnya. Dalam buku Dr. Ading, nama lengkap Babur ialah Zahir Ad-Din Muhammad Babar ibnu Umar Syeikh Mirza ibnu Abi Said ibnu Miransyah Ibnu Timur Lenk, sedangkan ibunya adalah keturunan Jenghis Khan.[3] Ayahnya memerintah sebuah kerajaan kecil bernama Farghana, tepat di utara Afghanistan hari ini, dan ketika ia wafat pada 1495, Babur mewarisi takhta ini. Dia berusia dua belas tahun[4]. Babur memiliki ambisi yang kuat mencari kerajaan baru: menjadi raja adalah satu-satunya yang ia ketahui, dan raja adalah satu-satunya jabatan yang ia cari. Makanya Samarkand menjadi tujuan Babur berikutnya. Kota yang sangat vital perannya di Asia Tengah itu berhasil ditaklukan pada Tahun 1494 M., dengan bantuan Raja Safawi, Ismail I.[5]
Pada tahun 1498 M, Ferghana yang merupakan warisan orang tuanya, terlepas dari tangan Babur karena diperebutkan di antara saudara sepupunya, yaitu Ali dan saudaranya sendiri, yaitu Jengahir. Babur merupakan remaja yang menyatukan segerombolan prajurit dewasa selama bertahun-tahun di pengasingan terbuka tentunya memiliki suatu kekhususan pada dirinya; dan Babur jelas merupakan jenis yang mengintimidasi secara fisik. Banyak cerita mengatakan ia dapat melompat menyeberangi sungai sambil menggendong seorang dewasa di setiap lengannya. Namun, tidak seperti kebanyakan pria tangguh, Babur adalah seorang yang sensitif, artistik, dan romantis. Dia menulis buku harian sepanjang petualangannya, dan kelak dalam hidupnya dia menulis otobiografi yang menjadi klasik dalam sastra Turki. Setelah cucunya menerjemahkannya ke dalam bahasa Persia yang lebih bergengsi, buku itu mencapai tempat yang tinggi dalam kanon otobiografi. Dalam bukunya, Babur mengungkapkan dirinya dengan kejujuran yang luar biasa. Setelah sebuah kekalahan militer yang penting, misalnya, ia menceritakan kepada kita betapa ia tidak bisa menahan “banyak menangis”. Orang tangguh macam apa yang mengakui hal seperti itu? Kemudian ia menceritakan tentang perjodohannya dan kegagalannya untuk membangkitkan antusiasme untuk istrinya, meskipun dia sudah berupaya sungguh-sungguh. Ia mengunjunginya hanya beberapa minggu sekali, katanya, dan itu pun hanya karena ibunya mengomel padanya. Lalu ia jatuh cinta “dalam gejolak hasrat dan nafsu yang menggelora dan di bawah tekanan kebodohan masa muda, aku sering berjalan tanpa penutup kepala, bertelanjang kaki, melalui jalanan dan gang-gang, kebun buah dan kebun anggur; aku tidak menunjukkan kesopanan kepada teman maupun orang tak dikenal, tidak ambil peduli pada diriku sendiri atau orang lain …” Demikianlah kaisar masa depan itu memaparkan gairah remaja dirinya yang rapuh kepada kita—tapi inilah orang yang sudah dua kali menaklukkan dan kehilangan Samarkand.[6]
Dalam perjalanan pengembaraannya, Babur dan gerombolannya naik ke atas sebuah bukit dan melihat sebuah kota menawan terselipkan di celah sebuah lembah di bawahnya. Babur jatuh cinta lagi, kali ini dengan Kabul. Dan Kabul, katanya kepada kita, membalas cintanya: warganya membenci penguasa mereka sendiri dan memohon Babur untuk menjadi raja mereka sebagai gantinya. Apakah ini terdengar seperti propaganda seorang penakluk yang tidak masuk akal? Mungkin begitu, tapi saya dapat mengatakan kepada Anda bahwa kecintaan Kabul pada Babur tetap hidup sampai hari ini. Taman-taman umum yang dibangunnya menghadap kota itu tetap menjadi favorit, dan makamnya di sana masih menjadi tempat keramat yang dicintai.
Setelah Babur dinobatkan menjadi raja Kabul pada tahun 1504 M., ia meneruskan ekspansinya ke India. Tahun 1525 M, Babur mengusasi Punjab dengan ibukota Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentaranya menuju Delhi. Babur dengan 12.000 pasukannya menyerang Ibrahim Lodi yang berkekuatan 100.000 orang. Sungguh perbedaan kekuatan yang sangat fantatis. Tetapi dengan bekal tekad yang kuat dari para pasukan Babur, dan juga senjata api yang mereka punya, maka 100.000 orang beserta seribu gajah pasukan Lodi berhasil ditaklukan.[7] Sejarah mencatat, 21 April 1526 M – besok tepat 489 th ulang tahun peristiwa itu-- pertempuran tersebut terjadi di Panipat. Ibrahim Lodi beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam peperangan itu.[8] Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di sana. Babur segera naik tahta menggantikan Lodi. Disinilah babak baru Kerajaan Mughal mulai berdiri.
Pada masa pemerintahan Babur ini, ada dua persoalan besar yang menjadi tantangan Kerajaan Mughal. Pertama, bangkitnya kerajaan-kerajaan Hindu –Narasangga, Chitor, Marpar, Amir, Ajmer, Khandiri—mereka menyusun kekuatan untuk menghancurkan Mughal. Kedua, masih adanya golongan yang setia kepafa keluarga Lodi sebagai penguasa Afghanistan. Bahkan Mahmud Lodi, andil besar dalam persekutuan kerajaan-kerajaan Hindu tersebut.
Pada tahun 1530, Babur meninggal dunia dengan mewariskan wilayah kekuasaan yang begitu luas dan karier politik yang sangat cemerlang.[9]
Humayun ( 1530 – 1556 M )
Menurut Ajid Thohir[10], Pemerintahan Humayun dibagi kedalam dua periode. Pertama, periode ini berkisar tahun 1530 – 1539 M. Periode ini banyak diwarnai kerusuhan dan berbagai pemberontakan. Hal ini dimungkinkan karena usia pemerintahan yang diwariskan ayahnya ini masih relatif muda dan belum stabil. Salah satu dinasti dari Afghanistan yang saat itu diperintah Sher Khan Suri menginvasinya pada tahun 1539 M ke pusat pemerintahan Humayun di Delhi. Pasukan Humayun hancur dan negara dalam kondisi tak menentu. Saat itu Humayun dapat meloloskan diri ke Persia dan diterima dengan baik oleh Sultan Safawi, Shah Tahmasph. Disinilah ia mengenal tradisi Syiah bahkan sering dibujuk untuk memasukinya, termasuk anaknya Jalaluddin Muhammad Akbar. Di sini pula ia membangun kembali kekuatan militer yang telah hancur, dan berkat bantuan Shah Tahmasph yang memberinya pasukan militer sebanyak 12.000 tentara kemudian terkumpul seluruhnya sebanyak 14.000 orang. Humayun mencoba kembali merebut kekuasaannya di Delhi.
Kedua, pada tahun 1555 M ia menyerbu Delhi yang saat itu diperintah Sikandar Sur. Akhirnya, ia bisa memasuki kota ini dan ia bisa memerintah kembali sampai tahun 1556 M.
Tak lama setelah itu, Humayun mendengar seruan azan tatkala sedang berdiri di puncak tangga ke perpustakaannya dan tiba-tiba mendapat inspirasi untuk mereformasi hidupnya. Dia bergegas ke bawah, tetapi pada saat turun dia tersandung dan lehernya patah, menyebabkan anak ia meninggal.
Akbar ( 1556-1605 M)
Nama lengkapnya Muhammad Jalaludin Akbar[11] . ia adalah sultan yang sangat terkenal dari dinasti Mughal, dan ialah sebenarnya yang menciptakan sistem kerajaan ini. Pada masa inilah kerajaan Mughal mencapai masa keemasannya.[12] Akbar menerima tampuk kepemimpinan Mughal saat berusia 14 tahun. Karena masih muda, urusan kerajaan diserahkan kepada Bhairam Khan, seorang Syi’i.
Sultan Akbar terkenal dengan gagasan-gagasannya yang sangat radikal dan liberal baik dalam aspek sosial ataupun pemikiran keagamaan. Akbar mengonsolidasi wilayah taklukan kakeknya, memperluasnya, dan mengatur ketertiban di seluruh kerajaannya.  Chundar, Ghond, Chitor, Rantabar, Surat, Behar, Bengal, Kashmir, Orissa, Dekan, Gawilghard, Narhala, Alamghar dan Asighar ialah diantara wilayah-wilayah yang berhasil dikuasai Akbar.[13] Wilayah tersebut diperintah Akbar dalam suatu pemerintahan militeristik.[14] Dalam pemerintahan ini. Sultan merupakan seorang penguasa diktator. Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang sipah salar (kepala Komandan), sedangkan subdistrik dipegang oleh faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran karena memang diharuskan mengikuti latihan militer.[15]
Kebijakan berikutnya, pada awal-awal pemerintahannya Akbar menyingkirkan Bairan Syah, penasihat politik Syah yang dipercayai Humayyun. Bairam dianggap sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi’ah.[16]
Selain itu, Akbar menerapkan politik Suulkhul  (toleransi universal). Politik ini memandang bahwa semua rakyat India adalah sama. Tidak ada perbedaan etnis dan agama.[17] Diantara reformasi Suulkhul itu ialah[18] :
  1. Menghapuskan Jizyah bagi non-Muslim,
  2. Memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran yang sama bagi setiap masyarakat , yakni dengan mendirikan madrasah-madrasah dan memberi tanah-tanah wakaf bagi lembaga-lembaga sufi berupa iqtha atau maddad ma’asyi.
  3. Membentuk undang-undang perkawinan baru, diantaranya melarang orang-orang kawin muda, berpoligami bahkan ia menggalakkan kawin campur antaragama. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, stabilitas dan integrasi masyarakat Muslim dan non-Muslim.
  4. Menghapuskan pajak-pajak pertanian terutama bagi petani-petani miskin sekalipun non-Muslim,
  5. Menghapuskan tradisi perbudakan yang dihasilkan dari tawanan perang dan mengatur khitan anak-anak.
Aspek penting lainnya dari pembaruannya adalah menciptakan Din Ilahy yang ciri-ciri pentingnya adalah :
  1. Percaya pada keesaan Tuhan
  2. Akbar sebagai khalifah Tuhan dan seorang padash (al-insan al-kamil); ia mewakili Tuhan di muka bumi dan selalu mendapat bimbingan langsung dari Tuhan,
  3. Semua pemimpin agama harus tunduk dan sujud pada Akbar,
  4. Sebagai manusia padash, ia berpantangan memakan daging (vegetarian)
  5. Menghormati api dan matahari sebagai simbol kehidupan,
  6. Hari ahad sebagai hari resmi ibadah,
  7. assalaamu’alaikum’ diganti ‘Alloohu Akbar’ , dan ‘Alaikum salam’ diganti ‘Jalla jalalah’[19]

Berbeda dengan Ajid Thahir, Tamim Ansari menyebutkan bahwa Doktrin agama baru ini meliputi[20] :
  1. bahwa Allah itu suatu kesatuan mahakuasa;
  2. bahwa alam semesta adalah satu keseluruhan utuh yang mencerminkan penciptanya;
  3. bahwa kewajiban agama setiap orang pertama-tama adalah tidak menyakiti orang lain; dan
  4. bahwa orang dapat dan harus memodelkan diri mereka sendiri pada Kehidupan Sempurna, yang contohnya banyak tersedia

Diantara faktor-faktor yang mendorong Sultan Akbar menciptakan ‘Din Illahy ‘ adalah :[21]
  1. Para ulama dan pemimpin agama saling berbeda pendapat mengenai masalah-masalah keagamaan. Mereka saling mengecam dan berpecah-pecah,
  2. Keadaan rakyat dan penganut agama-agama di India semakin fanatik karena pengaruh tokoh-tokoh agama, bahkan rakyat tidak sedikit saling bertikai,
  3. Pengaruh penasihat-penasihat agama dan politik Sultan Akbar, di antaranya Abu Fadhl, Mir Abdul Lathif (Persia) dan Syaikh Mubaraq yang membiarkan bahkan tidak jarang mendorong Akbar berpikir bebas dan radikal.

Dengan semangat menyala untuk agama barunya, Akbar membangun sebuah kota baru yang didedikasikan untuk itu. Dibangun dari batu pasir merah, Fatehpur Sikri bangkit di padang pasir di sekitar makam dan kuil mistik sufi favorit Akbar. Bangunan utama di sini adalah balairung tertutup, satu ruangan besar yang memiliki langit-langit kubah yang tinggi dan hanya satu elemen perabotan: pilar tinggi dihubungkan oleh titian ke balkon di sepanjang dinding. Akbar duduk di atas pilar ini. Orang-orang yang ingin mengajukan petisi kepada kaisar memanggilnya dari balkon. Penggawa istana dan pihak-pihak lain yang tertarik mendengarkan dari lantai bawah.
Kebijakan-kebijakan Akbar umumnya lebih mementingkan persatuan politik, sekalipun banyak mengorbankan nilai-nilai syariah Islam. Sultan Akbar ingin menembus batas-batas terdalam tradisi Hinduistik dan agama-agama lain di India. Ia meninggal pada tahun 1605 M, setelah menderita sakit yang cukup parah.
Jahangir (1605-1628 M)
Setelah Sultan Akbar meninggal, Salim kemudian naik untuk menggantikannya sebagai sultan dengan gelar Nur Ad-Din Muhammad Jahangir Pasha Gazi. Pada masa ini pemerintahan sudah stabil. Hanya karakteristik yang ditunjukan Jahangir sangat berbeda dengan Sultan Akbar. Salah satu karakteristik dari Sultan Jahangir selama memerintah adalah hanya mementingkan kehidupan yang bersifat konsumtif dan hedonistik.
Persoalan pertama yang harus dihadapi oleh Jahangir setelah dinobatkan sebagai Sultan Mughal adalah menghadapi pemberontakan anaknya sendiri, yang bernama Khusru, akibat ketidakpuasannya terhadap kebiasaan dan sikap bapaknya yang banyak dipengaruhi ibu tirinya, Nur Jahan. Khusru sendiri adalah seorang putra raja yang berbudi , bijaksana dan dicintai rakyatnya. Putra mahkota ini selama 16 tahun berada dibawah pengawasan pengawal-pengawal keraton yang semuanya berusaha untuk membinasakannya. Terlebih karena ibu tirinya, yaitu Nur Jahan, mempunyai seorang anak kandung yang dikehendakinya dapat menjadi putra mahkota.
Pemberontakan Khusru dapat dipadamkan. Pada tahun 1622 M, ia meninggal dunia. Dengan meninggalny Khusru keinginan Nur Jahan untuk menjadikan anaknya, Khuram ‘Shah Jahan’ sebagai putra mahkota terlaksana.[22]
Persoalan kedua yang diahapi Jehangir adalah pecahnya perang antara Jahangir dengan penguasa Iran dalam usaha memperebutkan kota Kandahar. Dalam menghadapi persoalan ini, Jahangir memerintahkan Shah Jahan untuk memimpin tentara Kerajaan Mughal. Namun karena merasa tidak mampu melaksanakannya, ia memberontak terhadap bapaknya,. Jahangir marah dan menjatuhi hukuman yang mendorong Shah Jahan melarikan diri dan meminta suaka politik kepada Mahabat Khan[23]. Mahabat Khan berhasil menangkap Jahangir dalam perjalanan untuk menyerang Iran.
Shah Jahan (1628-1658 M)
Jahangir meninggal pada tahun 1627 M, ia meninggalkan dua orang putra, yaitu Shah Jahan dan Shahriar. Keduanya saling bersaing untuk memperebutkan kekuasaan di Agra. Tapi pada ahun 1628 M, ia naik takhta dengan gelar Abdul Muzaffar Shahabudin Muhammad Shah Jahan Ghazi.
Sejak tahun pertama dari pemerintahnnya, Shah Jahan harus menghadapi lawan-lawannya. Mula-mula ia harus mengahadapi Khan Jahan Lodi, Sultan Afghanistan dan Raja Rajput. Sementara itu, di India Tengah terdapat beberaa Kerajaan Hindu yang juga mengadakan persekutuan sehingga menjadi sebuah kerajaan besar dengan nama Vijayanagar. Shah Jahan pun harus mengahadapi beberapa kerajaan Islam yang mersa tidak senang dengan kerajaan Mughal, yaitu Ahmadnagar, Bijapur, Serar, Bihar, dan Golkonda. Namun akhirnya Ahmad Nagar dan Bijapur dapat ditaklukannya..
Kreativitas Mughal mencapai puncaknya dalam arsitektur, yang berhasil menggabungkan keagungan gaya Utsmani yang solid dengan gaya Safawi yang ringan. Raja Mughal kelima Shah Jahan sendiri adalah seorang genius di bidang ini. Pada masanya, dia disebut Raja Adil, tapi tak banyak orang hari ini yang mengingat prestasi politik atau militernya: yang mereka ingat tentang dia adalah cintanya yang besar untuk istrinya. Mumtaz Mahal, “hiasan istana”, yang meninggal tak lama setelah Shah Jahan memulai pemerintahannya. Kaisar yang berduka itu mengabdikan dua puluh tahun untuk membangun makam bagi istrinya: Taj Mahal. Sering disebut bangunan terindah di dunia, Taj Mahal adalah sebuah adikarya tunggal dan universal dengan kemasyhuran setara Mona Lisa dari Da Vin-ci atau Kapel Sistine dari Michelangelo. Yang mengejutkan, seniman yang bertanggung jawab atas tour de foree ini punya pekerjaan harian menjalankan kerajaan, karena meskipun banyak arsitek dan perancang yang berkontribusi bagi Taj Mahal, kaisar sendirilah yang mengawasi setiap rincian konstruksinya: dialah mata utamanya.[24]
Secara umum, pada periode Shah Jahan -masa-masa akhir pemerintahannya- ada dua kebijakan secara keseluruhan yang dimainkan oleh kedua orang putranya, Darsyikuh dan Aurangzeb. Darsyikuh[25] lebih berpikiran universal, yakni lebih banyak menggunakan hukum-hukum Hindu. Bila dalam al-quran tidak ditemukan dibandingkan hasil-hasil ijtihad ulama pada masa itu. Sedangkan Aurangzeb lebih menekankan tradisi keIslaman (nilai-nilai Syariah tradisional). Dan pada akhirnya Darsyikuh dibunuh oleh Aurangzeb. Sedangkan Shah Jahan dipenjarakan.[26]
Aurangzeb (1658-1707 M)
Setelah saudara-saudaranya yang menentang haknya untuk mewarisi tahta kerajaan tewas, Aurangzeb dinobatkan sebagai raja Kerajaan Mughal keenam dengan gelar  Aurangzeb Alamghir, yang berarti ‘yang menaklukan dunia’.
Sepanjang masa pemerintahnnya, Aurangzeb banyak mencapai keberhasilan seperti para pendahulunya; baik aspek ekonomi, sosial, politik dan agama. Dibandingkan Sultan Akbar yang menguasai wilayah mencapai 15 daerah, Aurangzeb bisa mencapai 21 daerah baru ; 14 daerah di India Utara dan enam di daerah Dekkan dan satu buah di Afganistan.[27]
Ia menerapkan nilai-niali syariah yang ketat  pada pemerintahannya yang pada periode-periode sebelumnya kurang begitu diperhatikan, bahkan diabaikan sama sekali. Semangat politik Islamnya didasrkan pada Alquran dan Sunnah serta dukungan para ulama sangat kuat, tetapi di lain pihak membuat kecemburuan. Kaum muslimin menganggap ia sebagai waliullah karen apembelaannya pada nilai-nilai syari’ah. Sebailknya, orang-orang Hindu fanatik menganggap ia sebagai pemimpin yang zalim walaupun masih banyak pula kelompok non-Muslim yang memberi dukungan karena keadilannya.[28]
.Mengembalikan Islam ortodoks ke posisi istimewa di kekaisaran Mughal adalah obsesi Aurangzeb. Dia adalah seorang genius militer yang kehebatannya setara dengan kakek buyutnya, Akbar. Dan seperti Akbar, dia memerintah selama 49 tahun, sehingga ia punya waktu dan tenaga untuk melakukan perubahan mendalam di anak benua. Perubahan yang diinginkan dan dibentuknya persis kebalikan dari apa yang dipromosikan oleh kakek buyutnya Akbar Agung. Dia memberlakukan kembali jizyah. Dia menerapkan kembali pajak khusus untuk orang Hindu. Dia menyuruh pasukan keamanannya untuk menghancurkan semua kuil Hindu. Dia mencopot orang Hindu dari posisi pemerintahan dan berperang dengan Rajput, penguasa Hindu semi-otonom selatan, agar dapat mengendalikan mereka lebih kuat di bawah kekuasaan pemerintah Mughal dan rohaniwan muslim yang mapan, para ulama India.[29]
Diantara berbagai kebijakan, ada yang melatarbelakangi bagi munculnya konflik, terutama diakhir-akhir pemerintahannya, yakni sebagai berikut:
  1. Kebijakan yang begitu keras terhadap orang-orang Hindu, bahkan dilarang mendirikan kuil-kuil baru. Tindakannya menghancurkan kuil-kuil di Benares, Gujarat, dan Orissa karena laasannya sebagai sarang politik orang-orang Hindu telah menimbulkan kebangkitan dan kemarahan pengikut Hindu Rajput, Satnamis dan Jast untuk memberontak.
  2. Penaklukan wilayah Dekkan  telah meninmbulkan dendam bagi orang-orang Syiah di sana sehingga gerakan yang dilakukan oleh mereka telah menyulitkan kerajaan Mughal untuk menentramkannya.
  3. Aurangzeb tidak mempersiapkan penggantinya untuk meneruskan kesultanan Mughal karena ia kesulitan memilih putra-putra mahkotanya. Hal ini disebabkan ia mengikuti jejak orang tuanya yang tidak pernah menunjuknya untuk untuk memerintah.
  4. Membuka jalur perdagangan yang bebas termasuk dengan Inggris untuk memasuki wilayah India, di perairan Hungli dan Surat. Hal ini merupakan akar yang paling berbahaya terutama ketika memasuki kesultanan berikutnya yang lemah sedangkan Inggris sulit untuk dipatahkan.[30]

Aurangzeb pada masa itu usianya sudah tua dan tidak sanggup lagi menjalankan pimpinan pemerintahan. Kesehatannya sudah menurun. Pada tahun 1707 M, ia wafat.[31]

Kemajuan kerajaan Mughal
Sejak Babur berhasil menegakkan kekuasaan Mughal di India, banyak perkembangan baru yan g dicapai. Perkembangan tersebut mencaapai puncaknya pada masa pemerintahan Akbar dan Aurangzeb.

Perluasan wilayah
Diantara daerah yang dapat dikuasai oleh kerajaan Mughal ialah, Turkishtan, Teluk Benggala, Kabul, Lahore, Multan, Delhi, Agra, Qud, Alahabad, Ajmeer, Gujarat, Melwa, Bihar, Bengal, Khandesh, Serar, Ahmad Nagar, Kushra, Kashmir, Punjab, Bajipur, Golkhonda, Tanjoree, Trishinopli, dll[32]
Diantara penyebab keberhasilan kerajaan Mughal dalam perluasan wilayah adalah:
  1. tentara mughal pada umumnya memiliki semangat dan keberanian tinggi
  2. tentara mughal memiliki kemahiran militer yang lebih baik
  3. memiliki teknologi persenjatan lebih maju dan lawannya
  4. bagi lawan-lawan kerajaan mughal, kekalahannya disebabkan tidak adanya dukungan dari masyarakat Hindu

Pemerintahan
bentuk pemerintahan kerajaan mughal di India adalah monarki absolute, yang tidak mengenal hukum tertulis. Kehendak Raja lah yang merupakan keputusan hukum tertinggi. Sedangkan sisitem pemerintahan Mughal menganut sistem pemerintahan Abbasyiah yang disesuaikan dengan kondisi India. Raja adalah kepala agama sekaligus kepala negara. Kerajaan Mughal sangat memperhatikan masalah administrasi dan keuangan. Sehingga pemasukan uang negara terkontrol dan dapat dipergunakan untuk pembangunan jalan-jalan, rumahsakit, wc umum, jembatan, saluran irigasi serta kantor pos.
Pendidikan, ilmu dan kesusatraan
Pendidikan mendapat perhatian yang sangat besar dari Sultan. Kerajaan Mughal sangat mendorong pendidikan rakyatnya. Raja sering menghadiahkan tanah dan uang pada masjid-masjid, takiah-takiah kepada para wali dan ulam, serta menetapkan bahwa setiap metiap majid harus memiliki sekolah rendah.
Pada masa Jahangir, dibuat peraturan-peraturan yang menyatakan apabila seorang kaya atau musafir meninggal dunia dan tidak memiliki ahli waris, hartanya jatuh ke tangan raja digunakan untuk mendirikan sekolah baru dan memperbaiki sekolah-sekolah yang rusak.
Pada masa pemerintahan Shah Jahan, didirikan perguruan tinggi di Delhi. Pada masa Aurangzeb semakin banyak perguruan tinggi dan sekolah-sekolah yang didirikannya, disamping pusat pengajaran yang didirikan di Lucknow.
Kesusastraan dan syair-syair sangat diperhatikan dan didukung perkembangannya oleh Sultan Mughal. Babur dan Jahangir termasuk sastrawan-sastrawan yang baik..
Seni Arsitektur
Bangsa Turki umumnya dan orang-orang Mughal di India khususnya, menyukai seni arsitektur yang tinggi. Kerajaan Mughal meninggalkan bangungan-bangunan yang sarat dengan seni arsitektur indah, diantaranya Mesjid Jami di Shambal dan mesjid besar di Kabul. Pengaruh Hindu sangat tampak pada bangunan Jahangir di Agra, sedangkan pengaruh Persia pada bangunan makam Humayun yang selesai dibangun pada tahun 1565 M. Bangunan di Fatehpur Sikri yang paling mengesankan adalah Jami-i masjid dab Buland Barwaza. Selain itu ada benteng Sagra yang didalamnya terdapat Dewan i-Am dan Dewan i-Khas.
Dari zaman Jahangir adalah makam yang dibangun oleh Nur Jahan untuk memperingati ayahnya, yaitu I’timad Daulah. Seluruhnya terbuat ari marmer.
Dari zaman Shah Jahan, bangunan-bangunan terpenting adalah Taj mahal serta sejumlah bangunan kecil.

Ulasan akhir.
Perkembangan Islam di kerajaan Mughal sangat mengagumkan. Walaupun dibumbui dengan banyaknya masalah-masalah keluarga, agama Islam, ataupun agama lain di India waktu itu, tetapi Kerajaan Mughal dapat berkembang dalam waktu yang sangat lama, serta mengahsilkan peninggalan-peninggalan yang sarat dengan seni arsitektur yang tinggi.  




[1] Ading Kusdiana, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, Bandung : Pustaka Setia, hlm. 228.
[2] Tamim Ansary, Destiny Disrupted : A History of the World through Islamic Eyes, terj. Yuliani Liputo, Jakarta : Zaman, hlm. 314
[3] Ading Kusdiana, ibid. , hlm. 229.
[4] Tamim Ansary, loc. Cit. Hlm. 312
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Rajawali Pers bekerja sama dengan Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan, 1997, hlm. 147
[6] Tamim Ansary, loc. Cit. Hlm. 313
[7] Tamim Ansary, loc. cit. Hlm. 314
[8] P.M. Holt, Ann K.S. Lambton dan Bernard Lewiss (Ed.), The Cambridge History of Islam, Vol 2, London Cambridge University Press, 1970, dalam Ading Kusdiana, hlm. 231
[9] Badri Yatim, Sejarah dan Peradaban Islam, Jakarat : Rajawali Pers, hlm. 148
[10] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta : Rajawali Pers, hlm. 204
[11] Ajid Thohir, ibid, hlm. 204
[12] Badri Yatim, loc.cit. hlmj. 148
[13] Tamim Ansari, loc.cit. hlm. 315
[14] M. Mujib, The Indian Muslim, London : George Allen, hlm. 254, lihat Ading Kusdiana, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, Bandung : Pusataka Setia, hlm. 234
[15] Badri Yatim, loc.cit. hlm., 149
[16] Badri Yatim, loc.cit. hlm. 149
[17] Badri Yatim, loc.cit. hlm. 149.
[18] Ajid Thahir, loc.cit. hlm. 206
[19] Jahid Haji Sidek, Strategi Menjawab Sejarah Islam, Kuala Lumpur: Nuirin Interprise, hlm. 234-235, dalam Ajid Thahir, Perkembangan peradaban di kawasan dunia Islam, Jakarta : Rajagrapindo Pers, hlm. 206
[20] Tamim Ansary, loc.cit, hlm. 316
[21] Ajid Thahir, loc.cit, hlm. 207
[22] Ading Kusdiana, loc.cit. hlm. 237
[23] Mahabat Khan merupakan bekas pembesar Jahangir yang dipecat karena permintaan permaisuri Nur Jahan.
[24] Tamim Ansary, loc.cit. hlm. 318
[25] Dalam buku Dr. Ading disebutkan Dara Shikoh
[26] Ajid Thahir, loc.cit, hlm. 210
[27] Ajid Thahir, loc.cit. hlm. 210
[28] Ajid Thahir, loc.cit. hlm. 211
[29] Tamim Ansary, loc.cit. hlm. 319-320
[30] Ajid Thahir , loc.cit. hlm. 211-212
[31] Menurut wasiatnya, ia tidak mau dimakamkan seperti leluhurnya dengan upacara kebesaran, tetapi ia ingin dikuburkan seperti seorang musafir yang hina dina di Kota Daylatabad. Ia meminta 4 rupe untuk membeli kain kafan dan 100 rupe yang diterimanya waktu menyalin al-Wuran, supaya dibagikan kepada fakir miskin. Baca   Ading Kusdiana, loc.cit. hlm. 240.
[32] Ading Kusdiana. Loc.cit. hhlm 241
KERAJAAN MUGHAL ; 6 PEMIMPIN & KEMAJUANNYA
Item Reviewed: KERAJAAN MUGHAL ; 6 PEMIMPIN & KEMAJUANNYA 9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
:)
:(
=(
^_^
:D
=D
@@,
;)
:-bd
:-d
(y)
:o
:thumbup
:2thumbup
:iloveindonesia
:ilovekaskus
:kiss
:genit
:marah
:berduka
:D
:najis
:malu
:ngakak
:repost
:sup2
:batabig
:takut
:ngacir
:shakehand
:bingung
:waduh
:cekpm
:capedeh
:hammer
:peluk
:cendol
:hoax
:selamat
:matabelo
:mewek
:request
:sorry
:salahkamar
:rate5
:cool
:sup:
:kbgt
:nohope
Emoticon? nyengir

Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^

Komentar Terbaru

Just load it!