Selasa , 29 April 2025

RAGAM TEORI DALAM SEJARAH

Sangat penting bagi kita untuk mengetahui beberapa teori yang berkembang dalam ilmu sejarah, yang diantaranya : 

1.     Teori Revolusi Charles Tilly
Charles Tilly merupakan seorang guru besar Universitas Michigan. Dalam bukunya From Mobilization to Revolution yang diterbitkan tahun 1978, secara jelas menyatakan bahwa collective action adalah orang-orang yang bertindak bersama untuk mencapai kepentingan bersama. Collective Action ini terdiri atas lima komponen, yaitu :
a)     Common interest (kepentingan bersama), yaitu keuntungan yang diperoleh karena adanya interaksi dengan kelompok lain
b)     Organization, yaitu struktur kelompok yang secara langsung berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan aksi
c)      Mobilization (mobilisasi), yaitu control yang dilakukan oleh kelompok atas sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan aksi.
d)     Opportunity (kesempatan), yaitu hubungan antara kelompok dengan dunia sekitarnya. Kesempatan terdiri atas tiga elemen, yaitu power, repression dan oppurtinity. Power adalah kemampuan untuk mengunggulkan kepentingan terhadap kelompok-kelompok saingan. Repression, yaitu kelompok social tertentu dapat ditekan atau didukung oleh kelompok lain bergantung pada kekuatan kelompok social tersebut. Threat yaitu dalam interaksi dengan kelompok social dalam posisi menguntungkan sehingga kesempatan mewujudkan dalam bentuk aksi.
e)     Collective action, yaitu tindakan yang dilakukan orang-orang secara bersama-sama untuk mencapai kepentingan bersama.

2.     Teori Revolusi Crane Brinton
Menurut Crane Brinton, revolusi adalah peristiwa perubahan yang terjadi secara besar-besaran dalam waktu yang singkat. Perubahan itu dapat meliputi aspek politik, ekonomi, social dan budaya. Dalam pandangan Crane Brinton, revolusi terjadi karena digerakkan oleh orang atau sekelompok orang yang revolusioner yang mempunyai interest yang sama.
Dari revolusi yang terjadi di dunia ini, analisis Crane Brinton mengidentifikasikan bahwa causal mechanism dari revolusi-revolusi tersebut ialah factor ekonomi, politik, social dan pemikiran kaum intelektual.
Berdasarkan perspektif ekonomi, salah satu pendorong munculnya gerakan revolusi adalah factor ekonomi yang ditandai dengan adanya kesulitan ekonomi yang luar biasa.
Buruknya perekonomian dan keuangan negara berimplikasi pada persoalan politik. Hal ini karena kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi akan mempengaruhi pula kebijakan-kebijakan dalam bidang politik. Menurut Crane, kebangkrutan ekonomi suatu negara akan membawa implikasi terhadap jungkir baliknya tatanan politik negara tersebut.
Selain kedua hal tersebut, penggerak mesin revolusi adalah kaum cendekiawan atau intelektual. Kelompok intelektual yang jadi penggerak revolusi tergolong kelompok oposisi atau penekan. Mereka melakukan proses penyadaran kepada masyarakat untuk melakukan penekanan terhadap pemerintah.
Berdasarkan causal mechanism revolusi besar yang terjadi dapat dilihat bahwa revolusi bergerak disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a)     Terjadinya defisit-defisit anggaran belanja pemerintah
b)     Keluhan terhadap pajak yang dirasakan memberatkan masyarakat
c)      Kecenderungan pemerintah terhadap ekonomi yang mementingkan sebagian golongan tertentu dengan merugika golongan lain
d)     Permasalahan dan kekacauan administrasi pemerintahan

3.     Teori Challenge and Responces Arnold J. Toynbee
Teori ini diciptakan oleh Prof. Arnold J. Toynbee, seorang sarjana Inggris, dengankaryannya A Study of History yang terdiri atas 12 jilid. Teori Toynbee didasarkan atas penyelidikan 21 kebudayaan yang sempurna dan 9 kebudayaan yang kurang sempurna. Kesimpulan Toynbee adalah dalam gerak sejarah tidak ada hokum tertentu yang menguasai dan mengatur timbul tenggelamnya kebudayaa dengan pasti. Toynbee menyebut kebudayaan sebagai wujud dari kehidupan suatu golongan seluruhnya, yaitu sebagai kultur dan zivilisation.
Maksud dari teori challenge and response adalah kebudayaan terjadi dan dilahirkan karena tantangan dan jawaban antara manusia dengna alam sekitarnya. Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan digerakkan oleh sebagian kecil dari pemilik kebudayaan. Minoritas dari pemilik dan pencipta kebudayaan, dan masa mayoritas meniru, tanpa minoritas yang kuat yang dapat mencipta, suatu kebudayaan tidak apat berkembang . apabila minoritas menjadi lemah dan kehilangan daya untuk mencipta, tantangan dari alam tidak dapat dijawab lagi. Apabila keadaan sudah memuncak seperti itu, keruntuhan akan terjadi.
Tingaktan-tingkatan gerak sejarah dalam pandangan Toynbee adalah :
a)     Genesis of Civilization (lahirnya kebudayaan), suatu kebudayaan terjadi dan muncul karena adanya tnatangan dan jawaban antara manusia dengan alam sekitar. Alam sebagai tempat tinggal manusia, tidak selamanya akan memenuhi kebutuhan manusia. Alam akan memberikan tantangan, sebaliknya manusia memberikan jawaban atas tantangan itu.
b)     Growth of Civilization (perkembangan kebudayaan). Suatu kebudayaan dikembangkan oleh minority  yang kuat dan dapat menciptakan suatu kebudayaan. Suatu kelompok kecil yang kuat mengembangkan kebudayaan dengan menyebarkan kebudayaan dan mempengaruhi masyarakat untuk meniru kebudayaan yang telah diciptakan minority.
c)      Decline of civilization (keruntuhan kebudayaan). Apabila minority sudah tidak sanggup lagi mempertahankan kebudayaan, maka tantangan-tantangan dari alam tidak lagi terjawab. Akibatnya terjadi keruntuhan yang menyebabkan kehancuran kebudayaan.
Bedasarkan penjelasan tenang pola gerak sejarah dan tujuannya, jelaslah bahwa penggerak dari gerak sejarah dalam pandangan Toynbee adalah :
a)     Tuhan, sebagai pencipta dari alam dan manusia
b)     Alam, yang memberikan hubungan dan jawaban kepada manusia
c)      Manusia, yang berrtindak sebagai pencipta kebudayaan

4.     Teori Idealisme Hegel
Menurut Burhanuddin dalam Filsafat Josefh Scheeling , bahwa Idealisme terdiri dari ide-ide pikiran, jiwa dan bukan benda material atau tenaga. Jiwa adalah riil dan materi adalah produk sampingan. Burhanuddin menambahkan bahwa idealisme adalah aliran filsafat yang menekankan ‘idea’ sebagai objek pengertian dan sumber pengetahuan. Idealisme berpandangan bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia tidaklah selalu harus barkaitan dengan hal-hal yang bersifat lahiriah, tetapi harus berdasarkan prinsip kerohanian. Oleh sebab itu, idealisme sangat mementingkkan perasaan dan fantasi manusia sebagai sumber pengetahuan.
Dalam buku filsafat ilmu, Fuad Hasan  menjelaskan idealisme sebagai faham yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat difahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh.

George Wilhelm Frederick Hegel, memiliki pemikiran yang menyangkut sejarah yaitu pemikiran sederhana tentang akal pemikiran bahwa akal memerintah dunia. Sejarah dunia dianggap rasional dalam perjalanannya. Keyakinan dan wawasan ini adalah anggapan awal ketika memandang sejarah.
Filosofi pencerminan spekulatif telah menunjukkan bahwa akal merupakan substansi ataupun kekuatan tidak terbatas. Akal merupakan materiel yang yang tidak terbatas dari seluruh kehidupan alami dan spiritual.

5.     Teori Materialisme Karl Marx
Karl Marx telah menggabungkan teori Maltus dan hegel mengenai pergantian pola-pola budaya dengan perjuangan untuk hidup. Hasilnya adalah keterangan mengenai perubahan dalam sejarah yang menentukan secara matrealistis penguasaan cara berproduksi, menentukan kelas, dan pola pikiran yang akan berkuasa pada suatu saat tertentu, serta pertentangan terus-menerus di antara kelas, pada akhirnya akan dimenangkan oleh pihak proletariat. Teori ini dinamakan teori histories matrealisme
Dengan menjiplak metode dialektika dari Hegel (tesis, antithesis sintesis), Karl Marx memahamkan proses sejarah sebagai rentetan konflik (antagonis) dalam wujud revolusi di antara dua kelas yang berlawanan (tesis dan antitesis). Buah revolusi menghasilkan kelas baru (sintesis), yang ordenya lebih tinggi dari kedua kelas (tesis dan antitesis) yang selesai tabrakan itu.

6.     Progresif Linier Ibnu Khaldun
Teori ini diciptakan oleh Ibnu Khaldun. Ia merupakan sarjana Arab yang termasyhur. menurut Ibnu khaldum bahwa sejarah adalah berdasarkan pada kenyataan. Dan tujuan sejarah adalah agar manusia sadar akan perubahan masyarakat.
Menurut Ibnu Khaldun, bahwa seluruh peristiwa dalam panggung sejarah kemanusiaan itu adalah suatu garis menaik dan meningkat ke arah kemajuan dan kesempurnaan. Pencetus teori progresif-linear ini memandang, bahwa sejarah berlangsung dalam suatu garis linear yang menuju ke progres dan profeksi, dengan indikatornya adalah peristiwa/fakta-fakta sejarah sebagai hasil perbuatan manusia yang mengandung nilai-nilai kesejarahan.
Sedangkan teorinya tentang Ashabyah atau perasaan cinta golongan atau perasaan bermasyarakat, menurutnya bahwa solidaritas sosial muncul karena mengutamakan sebagai akhlak/moral dan menempatkan orang pada peranan yang tepat serta pengaruh faktor geneologis atau keturunan.
Dalam pandangan Imam Barnadib, gerak sejarah menurut Ibnu Khaldun merupakan keseimbangan antara kehendak Tuhan dan usaha manusia. Usaha manusia dapat menghasilkan perubahan bagi kehidupannya. Usaha ini tentunya berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan. Namun, orientasi dari jalannya sejarah adalah untuk kehidupan dunia, bukan akhirat. Oleh karena itu, tujuan akhir dari perjalanan sejarah menurut Ibnu Khaldun adalah untuk menyadarkan masyarakat agar dapat mencapai kemajuan hidup yang baik di dunia.

7.     Teori Cultural Revolution Gordon Childe
Revolusi kebudayaan terjadi melalui tahapan Neolithic Revolution, Urban Revolution, Revolution in Human Knowledge dan Industrial Revolution. Salah satu contoh ialah di Indonesia, pernah mengalami atau terjadi Neolithic Revolution. Indonesia mengalami periode pra-sejarah, Paleolithicum, Mesolithicum dan Neolithicum. (Asmito: 1988:29).

Pada periode Neolithicum dapat dikatakan bahwa adalah suatu Revolusi yang sangat besar dalam peradaban manusia, dikatakan Gordon Childe Revolusi ini sudah didapat benihnya pada zaman Neolithicum, bersama-sama dengan datangnya arus kebudayaan baru yang lebih tinggi tingkatnya. Tamburaka, 1999 : 56-57

8.     Teori Sejarah Murthadha Muthahari
Jiwa dari teori-teori sejarah beranggapan bahwa sejarah itu merupakan suatu gerak yang tumbuh dan berkembang secara evolusi atau perubahan secara alami. Menurut Muthahhari, pengertian evolusi secara sederhana dapat diartikan sebagai kemajuan dan transformasi. Secara terminologi oleh sebagian orang diartikan sebagai suatu proses yang di dalamnya terdapat suatu proses pelipatgandaan bagian-bagian yang diikuti oleh pembagian yang ditandai oleh suatu gerakan dari homogenitas ke arah heterogenitas.
Dari berbagai pendapat tentang gerak sejarah, Muthahhari memandang bahwa gerak sejarah dari arti active cause, yakni pemahaman tentang determinisme sejarah dan arti ideal cause, yakni pandangan tentang masa depan manusia. Bagi Muthahhari, determinisme sejarah dipahami dari dua makna yang saling terkait. Makna ini diambil dari ayat al-Qur’an surat Fathir [35]: 43 , dan di dalam al-Qur’an surat Ar-Ra’d [13]: 11 . Ayat pertama determinisme sejarah dipahami sebagai “undang-undang hidup manusia yang tidak berubah”. Ayat kedua determinisme sejarah dipahami bahwa “nasib perjalanan hidup manusia berhubungan dengan kondisi jiwa, pikiran, dan akhlak manusia itu sendiri”. Selagi semuanya belum berubah, maka mustahil keadaan mereka akan berubah.
Sementara itu, tentang pandangan masa depan manusia ada yang bersifat pesimis, optimis, atomistik, dan sosialis. Bagi Islam, masa depan manusia ditanggapi dengan dua sikap. Pertama, Islam tidak menganggap masa lalu dengan pesimis secara total. Kedua, Islam tidaklah demikian sinis terhadap watak manusia. Dengan kata lain, Islam memandang masa depan manusia dengan sikap optimisme.
Pandangan masa depan ini sangat terkait dengan pemahaman hukum-hukum sejarah. Hukum-hukum sejarah memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan Kitab Allah dalam kedudukannya sebagai petunjuk suci yang akan mengantarkan manusia dari kegelapan menuju pada terangnya kebenaran.
Apabila pandangan tentang masa depan manusia dan hukum-hukum sejarah yang mengitari proses dinamika sejarah ini diambil makna esensialnya, maka akan terlihat secara jelas sifat-sifat dari gerak sejarah itu sendiri, yakni bersifat progresif. Hal ini disebabkan adanya kepercayaan yang tinggi kepada kebaikan esensial (fitrah) manusia. Meskipun demikian, kita tidak mampu menentukan bentuk fisik masa depan sejarah manusia.
Menurut Muthahari, jenis perumusan masalah seperti itu tidak bener dan mengacaukan permasalahan. Kebanyakan teori itu tidak berhubungan secara memadai dengan sebab penggerak sejarah yang hendak ditemukan. Misal, teori rasial merupakan suatu hipotesis sosiologi yang dapat dikemukakan dalam hubungan dengan masalah apakah semua ras memiliki – atau, paling tidak, dapat memiliki – jenis-jenis bakat turunan yang sama dan pada tingkat yang sama. Apabila mereka sama dalam hal bakat-bakat alamiah, maka seluruh ras memiliki andil yang sama dalam menggerakan sejarah. 
Teori geografis, menurut teori ini gerakan sejarah terbatas pada manusia suatu kawasan tertentu; pada kawasan-kawasan lainnya kehidupan tetap statis dan rtak berubah sebagaimana kehidupan hewan. Namun, pertanyaan utama masih belum terjawab, karena lebah madu dan semua hewan bermasyarakat lainnya yang hidup di wilayah-wilayah unggul semacam itu tetap tak terpengaruh oleh gerakan sejarah.
Yang paling tidak relevan dari semua teori ini ialah teori bahwa sejarah berasal dari Tuhan, karena bukan sejarah saja yang merupakan perwujudan Kehendak Illahi. Keseluruhan alam  semesta, dari awal hingga akhir, dengan berjuta-juta sebab-akibatnya, dan semua keadaan positif dan negatifnya, mencerminkan Kehendak Tuhan. Teori ini tidak mengungkapkan misteri mengapa Kehenak Tuhan menciptakan dan memola kehidupan manusia dalam suatu pola yang terus berubah, dan mengapa Kehendak Tuhan menciptakan mahluk-mahluk lain dalam seuatu pola statis yang membuat mahluk-mahluk tersebut tak mampu berubah.
Teori ekonomi sejarah juga tak memiliki ketetapan teknis dan metodik. Ia tidak dirumuskan secara tepat. Ia hanya menyoroti bahwa sifat sejarah adalah bendawi dan ekonomi, dan seluruh ragam lain masyarakat dipandang sebagai kejadian-kejadian yang ditimbulkan oleh sifat sejarah ini. Menurut teori ini, apabila terjadi perubahan apa pun pada pondasi ekonomi suatu masyarakat, maka seluruh ragam lain masyarakat akan berubah. Tetapi teori ini didasarkan pada “apabila”.
RAGAM TEORI DALAM SEJARAH
Item Reviewed: RAGAM TEORI DALAM SEJARAH 9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
:)
:(
=(
^_^
:D
=D
@@,
;)
:-bd
:-d
(y)
:o
:thumbup
:2thumbup
:iloveindonesia
:ilovekaskus
:kiss
:genit
:marah
:berduka
:D
:najis
:malu
:ngakak
:repost
:sup2
:batabig
:takut
:ngacir
:shakehand
:bingung
:waduh
:cekpm
:capedeh
:hammer
:peluk
:cendol
:hoax
:selamat
:matabelo
:mewek
:request
:sorry
:salahkamar
:rate5
:cool
:sup:
:kbgt
:nohope
Emoticon? nyengir

Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^

Komentar Terbaru

Just load it!