Sangat penting bagi kita untuk mengetahui beberapa teori yang berkembang dalam ilmu sejarah, yang diantaranya :
1. Teori Revolusi Charles Tilly
Charles
Tilly merupakan seorang guru besar Universitas Michigan. Dalam bukunya From Mobilization to Revolution yang
diterbitkan tahun 1978, secara jelas menyatakan bahwa collective action adalah orang-orang yang bertindak bersama untuk
mencapai kepentingan bersama. Collective
Action ini terdiri atas lima komponen, yaitu :
a) Common interest (kepentingan
bersama), yaitu keuntungan yang diperoleh karena adanya interaksi dengan
kelompok lain
b) Organization, yaitu
struktur kelompok yang secara langsung berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan aksi
c) Mobilization (mobilisasi), yaitu control yang dilakukan oleh
kelompok atas sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan aksi.
d) Opportunity (kesempatan),
yaitu hubungan antara kelompok dengan dunia sekitarnya. Kesempatan terdiri atas
tiga elemen, yaitu power, repression dan
oppurtinity. Power adalah kemampuan
untuk mengunggulkan kepentingan terhadap kelompok-kelompok saingan. Repression, yaitu kelompok social
tertentu dapat ditekan atau didukung oleh kelompok lain bergantung pada
kekuatan kelompok social tersebut. Threat
yaitu dalam interaksi dengan kelompok social dalam posisi menguntungkan
sehingga kesempatan mewujudkan dalam bentuk aksi.
e) Collective action, yaitu
tindakan yang dilakukan orang-orang secara bersama-sama untuk mencapai
kepentingan bersama.
2. Teori Revolusi Crane Brinton
Menurut Crane
Brinton, revolusi adalah peristiwa perubahan yang terjadi secara besar-besaran
dalam waktu yang singkat. Perubahan itu dapat meliputi aspek politik, ekonomi,
social dan budaya. Dalam pandangan Crane Brinton, revolusi terjadi karena
digerakkan oleh orang atau sekelompok orang yang revolusioner yang mempunyai interest yang sama.
Dari
revolusi yang terjadi di dunia ini, analisis Crane Brinton mengidentifikasikan
bahwa causal mechanism dari
revolusi-revolusi tersebut ialah factor ekonomi, politik, social dan pemikiran
kaum intelektual.
Berdasarkan
perspektif ekonomi, salah satu pendorong munculnya gerakan revolusi adalah
factor ekonomi yang ditandai dengan adanya kesulitan ekonomi yang luar biasa.
Buruknya
perekonomian dan keuangan negara berimplikasi pada persoalan politik. Hal ini
karena kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi akan mempengaruhi pula
kebijakan-kebijakan dalam bidang politik. Menurut Crane, kebangkrutan ekonomi
suatu negara akan membawa implikasi terhadap jungkir baliknya tatanan politik
negara tersebut.
Selain kedua
hal tersebut, penggerak mesin revolusi adalah kaum cendekiawan atau
intelektual. Kelompok intelektual yang jadi penggerak revolusi tergolong
kelompok oposisi atau penekan. Mereka melakukan proses penyadaran kepada
masyarakat untuk melakukan penekanan terhadap pemerintah.
Berdasarkan causal mechanism revolusi besar yang
terjadi dapat dilihat bahwa revolusi bergerak disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu:
a) Terjadinya
defisit-defisit anggaran belanja pemerintah
b) Keluhan
terhadap pajak yang dirasakan memberatkan masyarakat
c) Kecenderungan
pemerintah terhadap ekonomi yang mementingkan sebagian golongan tertentu dengan
merugika golongan lain
d) Permasalahan
dan kekacauan administrasi pemerintahan
3. Teori Challenge and Responces
Arnold J. Toynbee
Teori ini
diciptakan oleh Prof. Arnold J. Toynbee, seorang sarjana Inggris,
dengankaryannya A Study of History yang
terdiri atas 12 jilid. Teori Toynbee didasarkan atas penyelidikan 21 kebudayaan
yang sempurna dan 9 kebudayaan yang kurang sempurna. Kesimpulan Toynbee adalah
dalam gerak sejarah tidak ada hokum tertentu yang menguasai dan mengatur timbul
tenggelamnya kebudayaa dengan pasti. Toynbee menyebut kebudayaan sebagai wujud
dari kehidupan suatu golongan seluruhnya, yaitu sebagai kultur dan zivilisation.
Maksud dari
teori challenge and response adalah
kebudayaan terjadi dan dilahirkan karena tantangan dan jawaban antara manusia
dengna alam sekitarnya. Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan digerakkan oleh
sebagian kecil dari pemilik kebudayaan. Minoritas dari pemilik dan pencipta
kebudayaan, dan masa mayoritas meniru, tanpa minoritas yang kuat yang dapat
mencipta, suatu kebudayaan tidak apat berkembang . apabila minoritas menjadi
lemah dan kehilangan daya untuk mencipta, tantangan dari alam tidak dapat
dijawab lagi. Apabila keadaan sudah memuncak seperti itu, keruntuhan akan
terjadi.
Tingaktan-tingkatan
gerak sejarah dalam pandangan Toynbee adalah :
a) Genesis of Civilization (lahirnya
kebudayaan), suatu kebudayaan terjadi
dan muncul karena adanya tnatangan dan jawaban antara manusia dengan alam
sekitar. Alam sebagai tempat tinggal manusia, tidak selamanya akan memenuhi
kebutuhan manusia. Alam akan memberikan tantangan, sebaliknya manusia
memberikan jawaban atas tantangan itu.
b) Growth of Civilization (perkembangan
kebudayaan). Suatu kebudayaan dikembangkan oleh minority yang kuat dan dapat
menciptakan suatu kebudayaan. Suatu kelompok kecil yang kuat mengembangkan
kebudayaan dengan menyebarkan kebudayaan dan mempengaruhi masyarakat untuk
meniru kebudayaan yang telah diciptakan minority.
c) Decline of civilization (keruntuhan
kebudayaan). Apabila minority sudah
tidak sanggup lagi mempertahankan kebudayaan, maka tantangan-tantangan dari
alam tidak lagi terjawab. Akibatnya terjadi keruntuhan yang menyebabkan
kehancuran kebudayaan.
Bedasarkan
penjelasan tenang pola gerak sejarah dan tujuannya, jelaslah bahwa penggerak
dari gerak sejarah dalam pandangan Toynbee adalah :
a) Tuhan,
sebagai pencipta dari alam dan manusia
b) Alam, yang
memberikan hubungan dan jawaban kepada manusia
c) Manusia,
yang berrtindak sebagai pencipta kebudayaan
4. Teori Idealisme Hegel
Menurut
Burhanuddin dalam Filsafat Josefh
Scheeling , bahwa Idealisme terdiri dari ide-ide pikiran, jiwa dan bukan
benda material atau tenaga. Jiwa adalah riil dan materi adalah produk
sampingan. Burhanuddin menambahkan bahwa idealisme adalah aliran filsafat yang
menekankan ‘idea’ sebagai objek pengertian dan sumber pengetahuan. Idealisme
berpandangan bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia tidaklah selalu harus
barkaitan dengan hal-hal yang bersifat lahiriah, tetapi harus berdasarkan
prinsip kerohanian. Oleh sebab itu, idealisme sangat mementingkkan perasaan dan
fantasi manusia sebagai sumber pengetahuan.
Dalam buku
filsafat ilmu, Fuad Hasan menjelaskan idealisme
sebagai faham yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat difahami
dalam kaitannya dengan jiwa dan roh.
George
Wilhelm Frederick Hegel, memiliki pemikiran yang menyangkut sejarah yaitu
pemikiran sederhana tentang akal pemikiran bahwa akal memerintah dunia. Sejarah
dunia dianggap rasional dalam perjalanannya. Keyakinan dan wawasan ini adalah
anggapan awal ketika memandang sejarah.
Filosofi
pencerminan spekulatif telah menunjukkan bahwa akal merupakan substansi ataupun
kekuatan tidak terbatas. Akal merupakan materiel yang yang tidak terbatas dari
seluruh kehidupan alami dan spiritual.
5. Teori Materialisme Karl Marx
Karl Marx
telah menggabungkan teori Maltus dan hegel mengenai pergantian pola-pola budaya
dengan perjuangan untuk hidup. Hasilnya adalah keterangan mengenai perubahan
dalam sejarah yang menentukan secara matrealistis penguasaan cara berproduksi,
menentukan kelas, dan pola pikiran yang akan berkuasa pada suatu saat tertentu,
serta pertentangan terus-menerus di antara kelas, pada akhirnya akan
dimenangkan oleh pihak proletariat. Teori ini dinamakan teori histories
matrealisme
Dengan
menjiplak metode dialektika dari Hegel (tesis,
antithesis sintesis), Karl Marx memahamkan proses sejarah sebagai rentetan
konflik (antagonis) dalam wujud revolusi di antara dua kelas yang berlawanan (tesis dan antitesis). Buah revolusi
menghasilkan kelas baru (sintesis), yang
ordenya lebih tinggi dari kedua kelas (tesis
dan antitesis) yang selesai tabrakan itu.
6. Progresif Linier Ibnu Khaldun
Teori ini
diciptakan oleh Ibnu Khaldun. Ia merupakan sarjana Arab yang termasyhur.
menurut Ibnu khaldum bahwa sejarah adalah berdasarkan pada kenyataan. Dan
tujuan sejarah adalah agar manusia sadar akan perubahan masyarakat.
Menurut Ibnu
Khaldun, bahwa seluruh peristiwa dalam panggung sejarah kemanusiaan itu adalah
suatu garis menaik dan meningkat ke arah kemajuan dan kesempurnaan. Pencetus
teori progresif-linear ini memandang, bahwa sejarah berlangsung dalam suatu
garis linear yang menuju ke progres dan profeksi, dengan indikatornya adalah
peristiwa/fakta-fakta sejarah sebagai hasil perbuatan manusia yang mengandung
nilai-nilai kesejarahan.
Sedangkan
teorinya tentang Ashabyah atau
perasaan cinta golongan atau perasaan bermasyarakat, menurutnya bahwa
solidaritas sosial muncul karena mengutamakan sebagai akhlak/moral dan
menempatkan orang pada peranan yang tepat serta pengaruh faktor geneologis atau
keturunan.
Dalam
pandangan Imam Barnadib, gerak sejarah menurut Ibnu Khaldun merupakan
keseimbangan antara kehendak Tuhan dan usaha manusia. Usaha manusia dapat
menghasilkan perubahan bagi kehidupannya. Usaha ini tentunya berjalan sesuai
dengan kehendak Tuhan. Namun, orientasi dari jalannya sejarah adalah untuk
kehidupan dunia, bukan akhirat. Oleh karena itu, tujuan akhir dari perjalanan
sejarah menurut Ibnu Khaldun adalah untuk menyadarkan masyarakat agar dapat
mencapai kemajuan hidup yang baik di dunia.
7. Teori Cultural Revolution Gordon
Childe
Revolusi
kebudayaan terjadi melalui tahapan Neolithic
Revolution, Urban Revolution, Revolution in Human Knowledge dan Industrial Revolution. Salah satu
contoh ialah di Indonesia, pernah mengalami atau terjadi Neolithic Revolution.
Indonesia mengalami periode pra-sejarah, Paleolithicum, Mesolithicum dan
Neolithicum. (Asmito: 1988:29).
Pada periode
Neolithicum dapat dikatakan bahwa adalah suatu Revolusi yang sangat besar dalam
peradaban manusia, dikatakan Gordon Childe Revolusi ini sudah didapat benihnya pada
zaman Neolithicum, bersama-sama dengan datangnya arus kebudayaan baru yang
lebih tinggi tingkatnya. Tamburaka, 1999 : 56-57
8. Teori Sejarah Murthadha Muthahari
Jiwa dari
teori-teori sejarah beranggapan bahwa sejarah itu merupakan suatu gerak yang
tumbuh dan berkembang secara evolusi atau perubahan secara alami. Menurut
Muthahhari, pengertian evolusi secara sederhana dapat diartikan sebagai
kemajuan dan transformasi. Secara terminologi oleh sebagian orang diartikan
sebagai suatu proses yang di dalamnya terdapat suatu proses pelipatgandaan
bagian-bagian yang diikuti oleh pembagian yang ditandai oleh suatu gerakan dari
homogenitas ke arah heterogenitas.
Dari
berbagai pendapat tentang gerak sejarah, Muthahhari memandang bahwa gerak
sejarah dari arti active cause, yakni pemahaman tentang determinisme sejarah
dan arti ideal cause, yakni pandangan tentang masa depan manusia. Bagi
Muthahhari, determinisme sejarah dipahami dari dua makna yang saling terkait.
Makna ini diambil dari ayat al-Qur’an surat Fathir [35]: 43 , dan di dalam
al-Qur’an surat Ar-Ra’d [13]: 11 . Ayat pertama determinisme sejarah dipahami
sebagai “undang-undang hidup manusia yang tidak berubah”. Ayat kedua
determinisme sejarah dipahami bahwa “nasib perjalanan hidup manusia berhubungan
dengan kondisi jiwa, pikiran, dan akhlak manusia itu sendiri”. Selagi semuanya
belum berubah, maka mustahil keadaan mereka akan berubah.
Sementara
itu, tentang pandangan masa depan manusia ada yang bersifat pesimis, optimis,
atomistik, dan sosialis. Bagi Islam, masa depan manusia ditanggapi dengan dua
sikap. Pertama, Islam tidak menganggap masa lalu dengan pesimis secara total.
Kedua, Islam tidaklah demikian sinis terhadap watak manusia. Dengan kata lain,
Islam memandang masa depan manusia dengan sikap optimisme.
Pandangan
masa depan ini sangat terkait dengan pemahaman hukum-hukum sejarah. Hukum-hukum
sejarah memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan Kitab Allah dalam
kedudukannya sebagai petunjuk suci yang akan mengantarkan manusia dari
kegelapan menuju pada terangnya kebenaran.
Apabila
pandangan tentang masa depan manusia dan hukum-hukum sejarah yang mengitari
proses dinamika sejarah ini diambil makna esensialnya, maka akan terlihat
secara jelas sifat-sifat dari gerak sejarah itu sendiri, yakni bersifat
progresif. Hal ini disebabkan adanya kepercayaan yang tinggi kepada kebaikan
esensial (fitrah) manusia. Meskipun demikian, kita tidak mampu menentukan
bentuk fisik masa depan sejarah manusia.
Menurut
Muthahari, jenis perumusan masalah seperti itu tidak bener dan mengacaukan
permasalahan. Kebanyakan teori itu tidak berhubungan secara memadai dengan
sebab penggerak sejarah yang hendak ditemukan. Misal, teori rasial merupakan
suatu hipotesis sosiologi yang dapat dikemukakan dalam hubungan dengan masalah
apakah semua ras memiliki – atau, paling tidak, dapat memiliki – jenis-jenis
bakat turunan yang sama dan pada tingkat yang sama. Apabila mereka sama dalam
hal bakat-bakat alamiah, maka seluruh ras memiliki andil yang sama dalam
menggerakan sejarah.
Teori
geografis, menurut teori ini gerakan sejarah terbatas pada manusia suatu
kawasan tertentu; pada kawasan-kawasan lainnya kehidupan tetap statis dan rtak
berubah sebagaimana kehidupan hewan. Namun, pertanyaan utama masih belum
terjawab, karena lebah madu dan semua hewan bermasyarakat lainnya yang hidup di
wilayah-wilayah unggul semacam itu tetap tak terpengaruh oleh gerakan sejarah.
Yang paling
tidak relevan dari semua teori ini ialah teori bahwa sejarah berasal dari
Tuhan, karena bukan sejarah saja yang merupakan perwujudan Kehendak Illahi.
Keseluruhan alam semesta, dari awal
hingga akhir, dengan berjuta-juta sebab-akibatnya, dan semua keadaan positif
dan negatifnya, mencerminkan Kehendak Tuhan. Teori ini tidak mengungkapkan
misteri mengapa Kehenak Tuhan menciptakan dan memola kehidupan manusia dalam
suatu pola yang terus berubah, dan mengapa Kehendak Tuhan menciptakan
mahluk-mahluk lain dalam seuatu pola statis yang membuat mahluk-mahluk tersebut
tak mampu berubah.
Teori ekonomi sejarah juga tak memiliki
ketetapan teknis dan metodik. Ia tidak dirumuskan secara tepat. Ia hanya
menyoroti bahwa sifat sejarah adalah bendawi dan ekonomi, dan seluruh ragam
lain masyarakat dipandang sebagai kejadian-kejadian yang ditimbulkan oleh sifat
sejarah ini. Menurut teori ini, apabila terjadi perubahan apa pun pada pondasi
ekonomi suatu masyarakat, maka seluruh ragam lain masyarakat akan berubah.
Tetapi teori ini didasarkan pada “apabila”.
0 komentar
Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^